Breaking News

Fahmi Hakim, Sosok Politisi Pembelajar



Kali pertama saya mengenal Fahmi Hakim ketika masih bekerja di Radar Banten (Jawa Pos Group) menjadi jurnalis sekaligus Ketua Kelompok Kerja Wartawan Harian Kabupaten Serang. Waktu itu dia menjadi Ketua DPRD Kabupaten Serang dan posisi di struktur DPD Partai Golkar Kabupaten Serang juga masih menjadi orang ketiga setelah SM Hartono (Ketua DPD) dan Maksudi (Almarhum) mantan Ketua DPD Golkar Kabupaten Serang.

Karena saya ngepos di Dewan dan Pendopo Bupati Serang jadi cukup akrab dengan dia. Hampir tiap hari di ruang kerjanya yang ada di pinggir Gedung DPRD Kabupaten Serang berdekatan dengan ruang keuangan Sekretariat Dewan. Waktu itu paling suka saya candain sekaligus memberikan masukan ketika dia sambutan atau memimpin sidang untuk mengurangi kata "tentunya".

Iseng-iseng dulu kalau dia memimpin rapat di parlemen saya dan teman -teman wartawan lain menghitung berapa kata "tentunya" dia ucapkan, ha ha ha ha.

Saat dia terpilih pada periode kedua saya ke Jakarta sehingga tidak berkomunikasi lagi dan sebagai ganti saya waktu itu adalah Amrin, sekarang menjadi staf Ratu Tatu Chasanah, Bupati Serang.

Kurang lebih lima tahun saya tidak komunikasi dengan dia karena bekerja di media nasional di Jakarta. Baru sekira tahun 2020 saya kembali komunikasi setelah balik ke Kota Serang, Provinsi Banten.

Intensitas komunikasi semakin rapat ketika dia punya keinginan untuk maju pada Pilkada Kabupaten Serang karena saya diminta mendampingi untuk menggarap bidang media dan sampai sekarang masih bisa bantu dia.

Sosok Pembelajar
Satu hal yang menurut saya paling terlihat, Fahmi itu manusia pembelajar. Artinya dia mau belajar meski sekarang posisinya boleh dikatakan lagi di puncak. Belajar dari siap saja, belajar dari peristiwa apa saja dan belajar dari mana saja. Dia serap, difikirkan, dianalisa lalau diaplikasikan dalam dirinya.

Sikap ini jarang dimiliki oleh politisi lain. Pada umumnya sebagian besar tidak menjadi manusia pembelajar sehingga secara kapasitas, performance, public speaking tidak ada peningkatan yang berarti.

Ini berbeda dengan politisi Golkar ini. Dalam kedekatannya saya melihat selalu ada perubahan, ada progress dalam dirinya terutama dalam konteks personal branding. Kelebihan kedua, dia bisa melakukan akselerasi atau percepatan dalam belajar. Kemampuan adaptasinya luar biasa sehingga orang seperti dia dimanapun ditempatkan akan selalu memiliki karakter.

Cuma satu yang dia sampai sekarang belum bisa, yaitu menulis. Kemampuan yang lain, seperti manuver, taktik, siasat dan komunikasi politik apalagi lobi jangan ditanya, dia bisa melakukannya.

Sebagai orang media saya melihat ada perubahan yang besar pada kemampuan public speaking dia. Berbeda jauh dengan masa dimana dia menjadi Ketua DPRD Kabupaten Serang. Itulah mengapa saya bisa berdiskusi dengannya soal urusan ini.

Dan kelebihan terakhir adalah dia bukan politisi yang kagetan. Artinya dia tetap tenang sembari berfikir mencari jalan keluar ketika dihadapkan pada dinamika politik yang lumayan keras dan serba mendadak. 

Mirip seperti air mengalir, akan mencari cela meski ruangnya begitu sempit dan bisa menyesuaikan dengan bentuk penghalangnya sehingga dia bisa keluar. Dan dia teruji bisa melewati itu semua dengan happy ending sehingga bisa pada posisi seperti sekarang sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi Banten.

Sebagai manusia biasa tentu saja ada kelemahan atau kekurangan, itu normal dan manusiawi. Tapi untuk Anda yang baru belajar politik dia bisa menjadi salah satu referensi tokoh politik di Banten. 

Akrab Juga dengan Istrinya
Selain akrab dengan Fahmi, saya juga sudah akrab dengan istrinya, Hj Munawaroh, perempuan yang hafidz Quran sejak dia masih menjadi Ketua DPRD Kabupaten Serang. Karena saat itu dia bekerja sebagai ASN di Pemkab Serang. Saya masih ingat di ditempatkan di Dinas Pendidikan. Nah, ketika saya main - main ke Dindik pasti ketemu.

Jadi, meski sempat putus komunikasi beberapa tahun tetap nyambung karena sudah akrab sebelumnya. Terkadang dia suka cerita awal mula pertemuanya dengan Fahmi, terkadang ledek - ledekan.

Suasana ini biasa terjadi ketika lagi tidak ada tamu lain, bertiga (saya, Fahmi dan istrinya) atau terkadang ada Kang Basith. Dan sampai sekarang kalau lagi bertiga pasti istrinya suka cerita masa lalu dan meledek Fahmi.

Menurut saya itu suasana hangat, karena becanda dengan pasangannya itu kata kyai pahalanya sama dengan kita melakukan shalat seribu rakaat. Jadi, kalau ngumpul bertiga biasanya kita becanda tema - tema cinta, kenangan masa lalu.

0 Komentar

Type and hit Enter to search

Close